Pagi itu saya dikejutkan oleh message WhatsApp dari keponakan saya. “Aa, kumaha ieu teu ngartos?” (Kakak, bagaimana ini ngga ngerti?). Kemudian keponakan saya mengirimkan soal tentang limit berikut jawaban hasil kotretannya.
Keponakan : “Kieu sanes? wkwk”.
Saya : “Lepat sakedik”. (salah sedikit)
Kemudian obrolah berlanjut dengan pembahasan yang agak berat bagi anak SMA.
Saya : ” Tos diterangkeun te acan di kelas?”. (sudah diterangkan belum di kelas?)
Keponakan : ” Teu acan diterangkeun. Janten enjing masuk tos kedah ngartos nyalira, wkwk”. (Belum dijelasin. Jadi, ketika masuk besok, kita harus sudah mengerti sendiri, wkwk)
“Efek dari pembelajaran berbasis student oriented”
Berikut adalah kekeliruan yang sering dilakukan oleh siswa ketika sedang belajar limit :
1.
Seharusnya tak terdefinisi. Berbeda halnya jika bertemu dengan soal
Jawabannya adalah .
2.
Tidak ada yang salah dengan jawaban akhirnya. Tetapi jika dituliskan seperti ini, seakan akan konsep limit adalah kita mensubstitusikan x dengan 2 artinya x=2. Padahal, konsep limit adalah 4 diperoleh ketika x mendekati 2 dan .
Seharusnya,
Pada penulisan di atas, kita tetap fokus kalau .
Meskipun begitu, tata cara menulis jawaban tentang konsep limit yang paling tepat merupakan pembahasan di tingkat universitas.
Keindahan adalah komposisi yang tepat dalam kebenaran ~ Anggoro
Leave a reply